Jumat, 13 Maret 2009

Memotret Braga Festival 2008

Akhir Desember 2008, Braga Festival kembali digelar di Kawasan Braga, Kota Bandung. Menarik juga. Lumayan pas libur di Bandung ada alternatif pangulinan selain mall. Kean kubawa serta, sementara si Ambu masih masup kerja.

Hanya beberapa menit menjejakkan kaki di lokasi acara, kami bertemu dengan salah satu kawan Spektrum yang kini menjadi staf humas di Pemkot Bandung. Ku pinjam kamera digital yang ditentengnya. Kean memegang kamera tadi dan membidikkan ke arah si pemilik. Klik! Lalu dia menunjukkan hasil fotonya kepada kami. Haaa jadi euy!

Kami melanjutkan perjalanan. Kean merengek, “Kameya besay mana, Bah? Kayuaykeuun!” ujarnya. Merengek minta ‘kamera besar’—sebutannya untuk kamera digital SLR— agar dikeluarkan.Di sekeliling kami memang hilir mudik pengunjung yang menenteng berbagai jenis kamera. Mulai dari kamera saku analog hingga kamera SLR digital tercanggih.

Eleh deet, akupun mengeluarkan kamera D50. SLR Digital middle end keluaran Nikon. Bukan yang tercanggih tapi bobotnya yang ringan tidak menyulitkan si kecil membidik objek fotonya.

Bermodalkan lensa fixed, 28mm autofocus, si Kean dengan pede membidikkan kameranya kesana kemari.

Alih-alih bias tenang memotret kesana kemari, si Tukang Poto cilik ini malah dikerubuti beberapa mahasiswa dan mahsiswi. Mereka memotret Kean yang tengah memotret.

“Boleh motret anaknya gak, Mas?”, ujar salah seorang perempuan. Dari jas almamaternya kayaknya mahasiswi.
“Boleeeh, charge nya per frame foto, ya”, ujarku.

Kean pun terus memotret

Setiba di Gedung YPK, anak-anak WFB tampak nongkrong di pintu depan gedung. Kejadian yang sama kembali terulang. Kean motret, dikerubuti anak WFB yang motret dia. Bedanya kamera yang dipake mereka lebih gahar.

“Gi, anak lu segede gini udah bias motret. Entar anak gue segede gini udah nyimeng,” ujar Roni, pewartafoto Kompas… (dassaaaar nu gelo!). ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar